Kediri, 5 Agustus 2025 — Sebuah video yang memperlihatkan dugaan sikap arogan Kepala SMKN 1 Kota Kediri, Edi Suroto, terhadap seorang wartawan berinisial W viral dan menuai kecaman publik. Insiden tersebut terjadi pada Senin, 4 Agustus 2025, di ruang kerja kepala sekolah saat wartawan tersebut datang untuk menanyakan kemungkinan kerja sama publikasi atau iklan media.
Dalam video yang beredar luas, tampak Edi Suroto menolak permintaan tersebut dengan nada tinggi, menunjuk-nunjuk ke arah wartawan, bahkan terlihat melotot. Perilaku ini dinilai tidak mencerminkan sikap seorang pemimpin institusi pendidikan yang seharusnya menjunjung nilai-nilai etika, profesionalisme, dan kesantunan dalam bersikap.
Dari informasi yang dihimpun, kemarahan Edi Suroto diduga dipicu oleh adanya desakan dari Aliansi Media Kediri kepada atasan Edi agar dirinya dicopot dari jabatan kepala sekolah. Namun, kekecewaannya tersebut justru dilampiaskan kepada wartawan yang sedang melaksanakan tugas jurnalistik, bukan kepada pihak yang menyampaikan tuntutan tersebut.
Sikap Edi Suroto ini mendapat reaksi keras dari berbagai kalangan. Salah satunya datang dari Ketua LSM Gerak, Mat Siswondo, yang mengaku geram terhadap tindakan kepala sekolah tersebut. “Ini sangat memalukan. Dalam video itu jelas sekali terlihat sikap arogan seorang kepala sekolah. Ia menunjuk-nunjuk wartawan dan bicara dengan nada tinggi. Ini bukan contoh yang baik bagi guru, staf, maupun murid,” tegas Siswondo.
Menurut Siswondo, tindakan Edi Suroto bertentangan dengan ketentuan dalam Permendikbud No. 6 Tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah, yang mewajibkan setiap kepala sekolah memiliki kompetensi manajerial, sosial, dan kepribadian. “Bagaimana bisa memimpin sekolah jika lingkungan yang ia ciptakan intimidatif dan otoriter?” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa pendidikan membutuhkan pemimpin yang bersikap melayani, bukan menguasai. “Kepala sekolah bukan raja kecil. Ia adalah pelayan publik. Kepemimpinan inklusif, demokratis, dan visioner sangat diperlukan untuk memajukan kualitas pendidikan di Kota Kediri,” lanjut Siswondo.
Atas kejadian ini, LSM Gerak mendesak Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan Gubernur Jawa Timur untuk segera melakukan klarifikasi dan mengambil tindakan tegas. “Jangan biarkan satu oknum mencoreng dunia pendidikan di Kota Kediri. Kami meminta transparansi dalam penanganan kasus ini,” pungkas Siswondo.
Sementara itu, hingga berita ini ditayangkan, pihak SMKN 1 Kota Kediri belum memberikan klarifikasi atau tanggapan resmi terkait insiden tersebut. Upaya konfirmasi yang dilakukan awak media juga belum membuahkan hasil. Publik kini menunggu langkah tegas dari otoritas pendidikan untuk menyelesaikan persoalan ini secara profesional dan adil.
(yudha)