KEDIRI – Pendidikan keselamatan berlalu lintas kini tak lagi terbatas di ruang kelas formal. Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Kediri membidik kalangan pesantren sebagai agen perubahan melalui program Coaching Clinic Pondok Pesantren Road Safety. Kegiatan ini digelar di Pondok Pesantren Tahfidz Ar-Rasyid, Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jumat (11/7/2025), dan disambut antusias oleh para santri.
Program ini bukan sekadar sosialisasi biasa. Petugas Satlantas hadir membawa semangat kolaborasi lintas sektor dalam menciptakan budaya berlalu lintas yang tertib dan berkelanjutan. Materi utama yang disampaikan adalah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, diselingi dengan diskusi interaktif, sesi tanya jawab, serta praktik safety riding.
“Kami tidak hanya ingin menyampaikan teori, tapi juga membentuk pola pikir dan kebiasaan berkendara yang aman sejak dini. Santri harus bisa menjadi pelopor keselamatan, baik di lingkungan pesantren maupun di masyarakat,” ujar Ipda Henry Dwi Setiawan, Kanit Kamsel Satlantas Polres Kediri, mewakili Kasat Lantas AKP I Made Jata Wiranegara.
Menurut Henry, tingginya angka kecelakaan lalu lintas membutuhkan intervensi sosial yang masif. Oleh sebab itu, pendekatan melalui komunitas pesantren dinilai strategis. Dengan mengedukasi santri, maka nilai-nilai disiplin dan etika berkendara dapat menyebar lebih luas dan menyentuh lapisan masyarakat yang lebih dalam.
Dalam sesi praktik, para santri diajak mengenal teknik dasar berkendara roda dua yang aman, mulai dari penggunaan helm, pengecekan kondisi kendaraan, hingga simulasi mengemudi. Pelatihan ini dilakukan dengan standar keselamatan tinggi untuk menciptakan pengalaman belajar yang aplikatif.
“Kami ingin para santri tidak hanya paham aturan, tapi juga mampu menginternalisasi pentingnya keselamatan sebagai bentuk ibadah sosial. Berkendara itu bukan hanya soal keterampilan, tapi juga soal tanggung jawab,” tegas Ipda Henry.
Lebih dari sekadar penyuluhan, kegiatan ini juga membawa misi besar: membangun gerakan “Santri Tertib Lalu Lintas”. Satlantas Kediri berharap para santri yang telah mendapatkan pelatihan ini mampu menjadi role model bagi rekan-rekan sebayanya, bahkan keluarga di rumah.
“Pondok pesantren adalah pusat pembentukan karakter. Jika santri bisa patuh dan sadar lalu lintas, masyarakat pun akan meniru. Ini investasi jangka panjang untuk keselamatan jalan,” pungkas Henry.
Langkah progresif ini menandai transformasi pendekatan kepolisian yang lebih humanis, edukatif, dan kolaboratif. Di tengah arus modernisasi transportasi, upaya mencetak generasi muda yang cerdas dan berbudaya lalu lintas menjadi kebutuhan mendesak yang harus terus digelorakan.