Jakarta — Di tengah tantangan zaman digital dan budaya populer global, Polri tampil sebagai institusi negara yang konsisten merawat akar budaya bangsa. Dalam rangka peringatan Hari Bhayangkara ke-79, Polri kembali menggelar pagelaran wayang kulit bertema Amartha Binangun di Lapangan Bhayangkara, Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat malam (4/7/2025), yang mendapat apresiasi langsung dari Menteri Kebudayaan, Fadli Zon.
Menteri Fadli Zon menyebut langkah Polri ini sebagai bukti konkret bahwa aparat negara tidak hanya bekerja dalam ranah keamanan, tetapi juga ikut menjaga identitas kebudayaan bangsa. “Kegiatan ini saya kira luar biasa. Kami sangat apresiasi. Di tengah perayaan HUT Bhayangkara, Polri tetap konsisten menyelipkan ruh kebudayaan lewat pertunjukan wayang,” ujar Fadli dengan penuh antusias.
Lebih dari sekadar seremoni, pagelaran ini menurut Fadli menjadi pernyataan simbolik bahwa budaya harus mendapat tempat strategis dalam agenda negara. Ia bahkan mendorong agar institusi lain meniru langkah Polri, menghadirkan kesenian tradisional sebagai bagian dari cara merayakan dan mengakar dalam jati diri bangsa.
“Mudah-mudahan semakin banyak lembaga negara yang merayakan hari jadi mereka dengan pertunjukan budaya, bukan hanya potong tumpeng atau acara formal,” tegas Fadli. Ia juga menambahkan bahwa pemajuan kebudayaan tak bisa hanya dibebankan kepada kementeriannya saja, tetapi menjadi tanggung jawab kolektif seluruh elemen negara.
Fadli Zon juga mengingatkan bahwa wayang adalah warisan budaya dunia yang telah diakui UNESCO sejak tahun 2003 sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. “Wayang adalah wajah Indonesia di mata dunia. Ia bukan sekadar tontonan, tapi tuntunan, warisan agung yang membentuk karakter bangsa,” jelasnya.
Menariknya, dalam pernyataannya, Fadli turut menyoroti pentingnya revitalisasi terhadap jenis wayang yang mulai terpinggirkan. “Wayang kulit memang masih kuat komunitasnya, tapi wayang golek dan jenis lainnya perlu kita dorong untuk lebih banyak tampil ke publik,” ucapnya. Ia juga mendorong agar generasi muda diberikan akses dan ruang untuk mengenal serta mencintai wayang melalui pendekatan kreatif dan digital.
Pagelaran ini pun dianggap sebagai langkah strategis untuk menumbuhkan literasi budaya, memperkuat nilai-nilai luhur, serta menjadi jembatan dialog antar generasi. Tidak hanya menampilkan lakon wayang, acara juga dikemas dengan pendekatan edukatif dan inklusif, menghadirkan para seniman lokal yang punya rekam jejak kuat dalam dunia pedalangan.
Di saat banyak institusi abai terhadap pelestarian budaya, Polri justru memposisikan dirinya sebagai pelindung warisan budaya nasional. Semangat ini, menurut berbagai pengamat budaya, menunjukkan bahwa transformasi Polri bukan hanya menyentuh ranah pelayanan publik dan keamanan, tapi juga masuk ke wilayah pemajuan kebudayaan sebagai bagian dari tugas pengayoman terhadap bangsa.
Konsistensi Polri dalam menggelar pagelaran wayang setiap tahun kini bukan lagi sekadar tradisi internal, tapi telah menjadi manifestasi komitmen kultural di level nasional. Sebuah narasi baru tentang wajah kepolisian yang tidak hanya bersenjata dan berseragam, tetapi juga berpihak pada kebudayaan bangsanya.
(ris)