Kediri – Dalam rangka menyambut datangnya Tahun Baru Islam atau yang dikenal dengan Sasi Suro, Yayasan Al Kafii Kediriah Nusantara (YAKKN) menggelar rangkaian kegiatan budaya dan spiritual berupa ruwatan massal serta pagelaran wayang kulit. Acara ini digelar di halaman yayasan yang beralamat di Desa Gogorante, Dusun Gogorante RT 15 / RW 04, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, pada Senin Wage malam Selasa Kliwon, 21 Juli 2025.
Yayasan Al Kafii Kediriah Nusantara yang dipimpin oleh Romo Gagat ini dikenal sebagai lembaga kerohanian yang aktif melestarikan nilai-nilai spiritual dan kebudayaan lokal. Dalam kegiatan tersebut, pihak yayasan menghadirkan dalang kenamaan Ki Agung Putra Manteb Sudarsono untuk membawakan lakon “Dewa Ruci”, sebuah cerita klasik pewayangan yang sarat akan nilai-nilai moral dan filosofi kehidupan.
Cerita “Dewa Ruci” sendiri dipilih bukan tanpa alasan. Sosok Dewa Ruci dikenal sebagai figur pembimbing dan penasihat spiritual dalam dunia pewayangan, yang memberikan pencerahan serta pengetahuan kepada tokoh utama. Nilai-nilai yang diusung dalam cerita ini dinilai sangat relevan dalam memberikan inspirasi kebajikan, kebijaksanaan, serta pentingnya mencari jati diri dalam kehidupan manusia.

Mas Agus Sugiarto atau yang akrab disapa Mas Sugik selaku ketua panitia menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan Yayasan Al Kafii Kediriah Nusantara lebih luas ke masyarakat sekaligus sebagai upaya pelestarian budaya warisan leluhur. “Ruwatan ini adalah bentuk spiritualitas khas Jawa yang dipercaya mampu membersihkan diri dari kesialan dan mengembalikan keseimbangan batin,” ujarnya.
Mas Sugik juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk ikut serta dalam prosesi ruwatan. Siapa pun yang ingin mengikuti bisa langsung menghubunginya. Prosesi ini diyakini mampu memberikan ketenangan jiwa dan memperbaiki energi dalam diri seseorang, sejalan dengan ajaran Jawa tentang harmoni antara lahir dan batin.
Acara ruwatan dijadwalkan akan dimulai pukul 19.00 WIB. Setelah prosesi ruwatan selesai, kegiatan akan dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit yang berlangsung hingga malam hari. Diharapkan, momentum ini bisa menjadi ajang refleksi spiritual sekaligus hiburan budaya bagi masyarakat.
Mas Sugik juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan ini. Ia berharap, acara ini tidak hanya menjadi perayaan budaya dan keagamaan, namun juga membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar, terutama para pelaku UMKM yang turut serta meramaikan kegiatan tersebut.
“Semoga acara ini menjadi berkah, tidak hanya bagi peserta ruwatan, tapi juga bagi warga sekitar dan pelaku usaha kecil. Kami ingin menghidupkan kembali semangat gotong royong dan kearifan lokal yang mulai memudar,” tutup Mas Sugik.
(yudha)