Kursi Roda untuk Ari: Ketika Kepedulian Menjadi Bahasa Cinta dari Srikandi PLN Kediri

Kursi Roda untuk Ari: Ketika Kepedulian Menjadi Bahasa Cinta dari Srikandi PLN Kediri

Loading

KEDIRI – Di tengah hiruk pikuk perayaan Hari Kartini, ada satu momen sunyi yang menggetarkan hati: sepasang tangan gemetar menyentuh roda logam yang sudah lama diimpikan. Ari Nugroho, 42 tahun, akhirnya bisa kembali bergerak bebas. Bukan karena mukjizat, tapi karena kepedulian yang nyata—datang dari Srikandi PLN Kediri dan Yayasan Baitul Maal PLN.

Selasa pagi itu (29/4/2025), halaman rumah Ari menjadi saksi kehadiran kasih sayang dalam bentuk paling sederhana—kursi roda. Sejak ditinggal kedua orang tuanya, Ari menjalani hari-hari dalam keterbatasan, menggantungkan harapan pada tetangga dan kerabat yang kadang tak selalu bisa hadir. Kini, harapan itu datang dalam wujud yang bisa disentuh, didorong, dan membawanya melangkah.

“Terima kasih… saya nggak tahu harus bilang apa lagi,” ucap Ari, terbata. Matanya berkaca-kaca, tangannya erat menggenggam sandaran kursi roda yang kini menjadi simbol kebebasan kecil baginya.

Bagi PLN, bantuan ini bukan sekadar agenda CSR tahunan. Ini adalah perwujudan cinta kasih—kepada sesama, kepada mereka yang diam-diam berjuang di sudut kehidupan. Yaniar Indra Dewi, perwakilan dari Srikandi PLN Kediri, mengatakan bahwa semangat Kartini tidak hanya tentang perempuan yang berani, tapi tentang manusia yang peduli.

“Kami ingin menunjukkan bahwa kepedulian tidak butuh panggung besar. Satu kursi roda bisa mengubah hidup, dan mungkin, cara kita memandang dunia,” ujar Yaniar dengan lembut.

Momentum ini menjadi pengingat bahwa kemanusiaan tak mengenal status, jabatan, atau latar belakang. Apa yang dilakukan oleh Srikandi PLN adalah ajakan diam-diam kepada kita semua: untuk memperhatikan yang terlupakan, dan menyapa yang terdiam.

PLN tidak hanya hadir sebagai penyedia listrik. Melalui tangan-tangan lembut para Srikandi-nya, PLN hadir sebagai cahaya bagi mereka yang merindukan kehangatan perhatian. Bantuan ini memang sederhana, tetapi dampaknya mampu menggetarkan—seperti nyala lilin di malam gelap.

Hari Kartini tahun ini tidak hanya dirayakan dengan bunga dan puisi. Ia dirayakan dengan langkah kecil seorang Ari, yang akhirnya bisa keluar dari rumah, menatap langit, dan berkata dalam hati, aku tak sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *